MANAJEMEN
NYERI
Pengertian
Nyeri adalah pengalaman
sensori dan emosional yang dirasakan kurang nyaman yang ditimbulkan dari
kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial (American Medical Association, 2013). Nyeri dapat berupa perasaan
yang tidak menyenangkan dan bersifat subjektif sehingga tingkat dan skala nyeri
yang dirasakan setiap orang akan berbeda-beda, hanya orang yang mengalaminya
yang dapat mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015)
Klasifikasi nyeri
1.
Berdasarkan
Durasi
a.
Nyeri
akut
Nyeri
yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki
proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsun untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013)
Nyeri
akut akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali
(Prasetyo, 2010)
b.
Nyeri
kronik
Nyeri
yang konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, nyeri
ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung
lebih dari 6 bulan ( McCaffery, 1986 dalam Potter dan Perry, 2007)
2.
Nyeri
berdasarkan asal
a.
Nyeri
Nosiseptif
Merupakan
nyeri yang diakibatkan oleh sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan
reseptor khusus yang mengantarkan stimulus naxious. Nyeri nosiseptor terjadi
karena stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan
lain-lain (Andarmoyo, 2013).
b.
Nyeri
neuropatik
Nyeri
neuropatik adalah hasil suatu cedera yang di dapat pada struktur saraf perifer
maupun sentral, nyeri ini lebih sulit dilakukan pengobatan.
3.
Berdasarkan
Lokasi
a.
Supervicial
atau kutaneus
Nyeri
yang disebabkan stimulus kulit, karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar
dan berlokalisasi dan terasa sebagai sensasi tajam (Sulistyo, 2013)
b.
Viseral
Dalam
Nyeri
yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal.nyeri ini bersifat difusi
dan menyebar ke beberapa arah. Misalkan pada ulkus lambung (sensasi terbakar).
c.
Nyeri
alih
Nyeri
alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak organ tidak
memiliki reseptor nyeri. Karakteristik
nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat
terasa dengan berbagai karakteristik. Misalkan nyeri yang terjadi pada infark
miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang
mengalihkan nyeri ke selangkangan.
d.
Radiasi
nyeri
Merupakan
sensasi nyeri yang meluas dari tempat asal cedera ke bagian tubuh yang lain
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,2013). Misal nyeri pada punggung bagian
bawah akibat diskusi interaverrtebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
4.
Pengukuran
itensitas nyeri
Gambaran
seberapa parah nyeri dirasakan oleh seseorang sangat bersifat subjektif karena
akan sangat berbeda-beda ( Andarmono, 2013). Skala intensitas nyeri deskriptif
sederhana dapat dinilai dengan VDS ( Verbal Descriptor Scale). Penilaian yang
diranking dari “ tidak nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”
(Andarmoyo,2013)
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri
Sederhana
Penilaian
skala nyeri juga dapat dinilai secara numerik
Gambar 2 Skala intensitas nyeri
numerik
Penilaian
skala nyeri melalui FRS (Face Ratting Scale)
Gambar 3. Skala nyeri Face Ratting
Scale
Skala
pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengukur nyeri
pada pasien anak. Sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan, interprestasinya
adalah 0 tidak ada nyeri, 2 sedikit nyeri, 4 sedikit lebih nyeri, 6 semakin
lebih nyeri, 8 nyerisekali, dan 10 sangat nyeri (National Precribing Service
Limited, 2007)
Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri secara
sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf
sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut
saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis,
talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan
didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami
modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat
membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin)
dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fisiologi
Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan
dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan
secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap.
Untuk memudahkan memahami fisiologi
nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
1. Resepsi : proses perjalanan
nyeri
2. Persepsi : kesadaran seseorang
terhadap nyeri
3. Reaksi : respon fisiologis &
perilaku setelah mempersepsikan nyeri
1. RESEPSI
Adanya stimulus yang mengenai tubuh
(mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti
histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls
syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang
akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C.
impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis
medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis
melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi
sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan
impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat.
Setelah impuls syaraf sampai di otak,
otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protekti.
Contoh: Apabila tangan terkena setrika,
maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan
menarik tangan dari permukaan setrika. Proses ini akan berjalan jika system
saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal.
2. PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran
seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka
akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan
nyeri itu sehingga kemudian individudapat bereaksi
Proses persepsi secara ringkas adalah
sebagai berikut:
Stimulus Nyeri Medula Spinalis Talamus
Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat otak, Persepsi Stimulus nyeri
ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut
mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini
mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area
limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah
transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan
nyeri.
3. REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon
fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan
intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi
”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada
cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis, apabilanyeri
berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi. Secara
ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri medula spinalis batang otak
& talamus Sistem syaraf otonom Respon fisiologis & perilaku Impuls
nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus.
Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis
bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.
Metode
yang di gunakan untuk menghilangkan nyeri
A. Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan
perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan mengalihkan perhatian,
kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa diterapkan
untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi
pilihan paling tepat. Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri
adalah melakukan kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa
nyeri, bisa dengan mengobrol, menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan
alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk
mengurangi rasa nyeri akan menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti
yang dijelaskan di atas, distraksi bisa diterapkan pada nyeri ringan dan
sedang, untuk itu pada kasus rasa nyeri berat harus ditangani dengan
obat/tindakan medis.
B. Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kecemasan. Membantu klien dengan teknik relaksasi, perawat dapat mengenal nyeri klien dan ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress
yang disebabkan oleh nyerinya.Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyeri kronik.
Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang
mengalami nyeri, yaitu:
a. Memperbaiki kualitas tidur
b. Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
c. Mengurangi keletihan/ fatigue
d. Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi nyeri
e. Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari
stress yang berlanjut atau berulang karena nyeri
f. Pengalihan rasa nyeri/ distraksi
g. Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan nyeri
yang lain
h. Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
i. Menurunkan distress atau ketakutan selama antisi pasi terhadap nyeri
Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan
4 hal, yaitu:
a. Berikanposisi yang nyaman
b. Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
c. Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
d. Melakukan sikap yang pasif saat mendistraksiklien.
Metode yang
lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa mendengarkan music atau suara alam sambil santai,
memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan teknik meditasi seperti
yoga, dan lain-lain.
C. Imagery
Klien dapat menggunakan imagery/ membayangkan untuk menurunkan nyeri. Imagery sesuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien dengan nyeri kronik daripada nyeri akut,atau nyeri berat. Perawat dapat mengajarkan klien untuk menggunakan teknik
imagery dengan melakukan guided
imagery.
D. Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz (1995) menyatakan bahwa massage,
salah satu bentuk stimulasi kutan,
dapat mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker.
Stimulasikutan, meliputi :
a. Massage
b. Kompres hangat ataudingin, atau keduanya bergantian
c. Accupressure
d. Stimulasi kontralateral
E. Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel
Holmes Sr pada tahun 1846.
Sumber
Andarmoyo,
Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta
Anonim.
2007. Acute postoperative Pain Management. Australia : National Prescribing
Services Limited. http://bit.ly/2qcWwf8 diakses pada tanggal 25 April 2017
American
Medical Association, 2013. American Medical Association Complete Guide to
Prevention and Wellness. United State of America. Wiley.
Prasetyo,
2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta. Graha Ilmu
Tetty,
S. 2015. Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas. Bandung. PT
Refika Adiwijaya.