Senin, 02 April 2018

Manajemen Nyeri


MANAJEMEN NYERI
Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan kurang nyaman yang ditimbulkan dari kerusakan jaringan yang aktual  atau potensial (American Medical Association, 2013). Nyeri dapat berupa perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat subjektif sehingga tingkat dan skala nyeri yang dirasakan setiap orang akan berbeda-beda, hanya orang yang mengalaminya yang dapat mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015)

Klasifikasi nyeri
1.    Berdasarkan Durasi
a.    Nyeri akut
Nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsun untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013)
Nyeri akut akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010)
b.    Nyeri kronik
Nyeri yang konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan ( McCaffery, 1986 dalam Potter dan Perry, 2007)
2.    Nyeri berdasarkan asal
a.    Nyeri Nosiseptif
Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang mengantarkan stimulus naxious. Nyeri nosiseptor terjadi karena stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).

b.    Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah hasil suatu cedera yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral, nyeri ini lebih sulit dilakukan pengobatan.

3.    Berdasarkan Lokasi
a.    Supervicial atau kutaneus
Nyeri yang disebabkan stimulus kulit, karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi dan terasa sebagai sensasi tajam (Sulistyo, 2013)
b.    Viseral Dalam
Nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal.nyeri ini bersifat difusi dan menyebar ke beberapa arah. Misalkan pada ulkus lambung (sensasi terbakar).
c.    Nyeri alih
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.  Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik. Misalkan nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
d.    Radiasi nyeri
Merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat asal cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,2013). Misal nyeri pada punggung bagian bawah akibat diskusi interaverrtebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
4.    Pengukuran itensitas nyeri
Gambaran seberapa parah nyeri dirasakan oleh seseorang sangat bersifat subjektif karena akan sangat berbeda-beda ( Andarmono, 2013). Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana dapat dinilai dengan VDS ( Verbal Descriptor Scale). Penilaian yang diranking dari “ tidak nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan” (Andarmoyo,2013)
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri Sederhana
Penilaian skala nyeri juga dapat dinilai secara numerik
Gambar 2 Skala intensitas nyeri numerik

Penilaian skala nyeri melalui FRS (Face Ratting Scale)
 
Gambar 3. Skala nyeri Face Ratting Scale

Skala pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak digunakan  oleh tenaga kesehatan untuk mengukur nyeri pada pasien anak. Sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan, interprestasinya adalah 0 tidak ada nyeri, 2 sedikit nyeri, 4 sedikit lebih nyeri, 6 semakin lebih nyeri, 8 nyerisekali, dan 10 sangat nyeri (National Precribing Service Limited, 2007)

Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fisiologi Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap.
Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
1. Resepsi : proses perjalanan nyeri
2. Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
3. Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
      1.  RESEPSI
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat.
Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protekti.
Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal.
2.  PERSEPSI
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individudapat bereaksi
Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus Nyeri Medula Spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat otak, Persepsi Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.
3. REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis, apabilanyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi. Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom Respon fisiologis & perilaku Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.

Metode yang di gunakan untuk menghilangkan nyeri 
A. Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri. Distraksi bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi pilihan paling tepat. Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri adalah melakukan kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan mengobrol, menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti yang dijelaskan di atas, distraksi bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada kasus rasa nyeri berat harus ditangani dengan obat/tindakan medis.
B. Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kecemasan. Membantu klien dengan teknik relaksasi, perawat dapat mengenal nyeri klien dan ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang disebabkan oleh nyerinya.Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyeri kronik.
Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri, yaitu:
a.     Memperbaiki kualitas tidur
b.    Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
c.     Mengurangi keletihan/ fatigue
d.    Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi nyeri
e.     Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang karena nyeri
f.     Pengalihan rasa nyeri/ distraksi
g.    Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan nyeri yang lain
h.    Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
i.      Menurunkan distress atau ketakutan selama antisi pasi terhadap nyeri
Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan 4 hal, yaitu:
a.     Berikanposisi yang nyaman
b.    Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
c.     Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
d.    Melakukan sikap yang pasif  saat mendistraksiklien.
Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa mendengarkan music atau suara alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan teknik meditasi seperti yoga, dan lain-lain.
C.   Imagery
Klien dapat menggunakan imagery/ membayangkan untuk menurunkan nyeri. Imagery sesuatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada klien dengan nyeri kronik daripada nyeri akut,atau nyeri berat. Perawat dapat mengajarkan klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan guided imagery.
D.  Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz (1995) menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulasikutan, meliputi :
a.     Massage
b.    Kompres hangat ataudingin, atau keduanya bergantian
c.     Accupressure
d.    Stimulasi kontralateral
E.   Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.


Sumber
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta

Anonim. 2007. Acute postoperative Pain Management. Australia : National Prescribing Services Limited. http://bit.ly/2qcWwf8 diakses pada tanggal 25 April 2017

American Medical Association, 2013. American Medical Association Complete Guide to Prevention and Wellness. United State of America. Wiley.

Prasetyo, 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta. Graha Ilmu

Tetty, S. 2015. Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan Maternitas. Bandung. PT Refika Adiwijaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar